Retaklah sebuah mimpi

Disudut pilar itu aku meronta,

pada sebuah impian, yang tidak di mengerti

Nalarnya, hanya mampu mengukur seperempat semesta,

yang nyatanya, 360 derajat bulat tanpa sudut. Nyata.

Amarahku, berdosa.

Diamku, sia-sia.

Menjadi layu, gugurlah sudah. Terbawa angin karena diterpa.

[hp∆]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

lima aksara buntu

Retisalya

Pagi