Retisalya

Duduk asik menatik sepi
Kala, serpihan hanyalah sampah belaka
dipungutinya satu persatu dan terabaikan.
Membayangkan,  sinar rembulan menemani setiap malam. Namun,  tetap saja benderang dalam dekapan kelam.
Tak akan ada kata pulih, walau kembali gigih.
Bagai air laut yang setia pada asin, walau diracuni manis ia tak akan menjadi teh manis. he-he.
ia,  retisalya.


-hpΔ-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

lima aksara buntu

Pagi