Di bulan Agustus
Pada sinar senja yang menembus jendela kaca,
Ada rasa yang tumbuh tak terkendali,
bagai terhipnotis aku terjatuh pada ruang hati yang tak pernah aku selami.
Ada rasa yang tumbuh tak terkendali,
bagai terhipnotis aku terjatuh pada ruang hati yang tak pernah aku selami.
Pada garis waktu,
Dua insan yang tak saling mengenal bercumbu di kala bintang meredup
Dua insan yang tak saling mengenal bercumbu di kala bintang meredup
Dengan masa lalu,
Luka,
Dua insan saling bertemu
Entah untuk saling mengobati atau
Untuk singgah sementara waktu menghapus pilu,
Luka,
Dua insan saling bertemu
Entah untuk saling mengobati atau
Untuk singgah sementara waktu menghapus pilu,
Ini perihal waktu bersama takdir
Bumi akan tetap berputar, begitu pula waktu. Dalam keadaan diam sekalipun.
Bagaimana hatimu?
Sudahkah baik-baik saja denganku?
Bagaimana hatimu?
Sudahkah baik-baik saja denganku?
Tidak,
Aku mengerti.
Kita terlalu larut dalam perihal luka, melukai, dilukai.
Padahal hakikatnya, bahagia itu disambut bukan ditepis
Lalu, kalau begini bagaimana takdir akan berbicara perihal kita?
Serahkan pada waktu dan tuhan saja tidak cukup.
Semoga, kita bisa beriring tidak untuk sementara waktu.
Semoga, takdir menuntun ke arah jalan yang tak buntu.
Semoga, kita memang sama-sama mengobati tidak lagi saling melukai atau dilukai.
Pejamkan mata, tanya hatimu diskusikan dengan logikamu, berdoa dan tunggu jawaban terbaik atas tuhanmu.
Padahal hakikatnya, bahagia itu disambut bukan ditepis
Lalu, kalau begini bagaimana takdir akan berbicara perihal kita?
Serahkan pada waktu dan tuhan saja tidak cukup.
Semoga, kita bisa beriring tidak untuk sementara waktu.
Semoga, takdir menuntun ke arah jalan yang tak buntu.
Semoga, kita memang sama-sama mengobati tidak lagi saling melukai atau dilukai.
Pejamkan mata, tanya hatimu diskusikan dengan logikamu, berdoa dan tunggu jawaban terbaik atas tuhanmu.
Salam sinar senja,
Menunggu waktu terbaik bersama tuhan.
Menunggu waktu terbaik bersama tuhan.
-FNA-
Komentar
Posting Komentar