Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

lima aksara buntu

Aksara yang tersusun dari lima huruf sederhana, namun mengguncangkan dan meluluhlantahkan semestaku. di setiap langkahku, ia hadir. mencoba mengusirnya, namun ia enggan untuk pergi ku biarkan aksara buntu itu tetap ada, karena angin malam akan menghapusnya. namun, tidak.  ia melemaskan kedua kakiku. menghentikan aku di persimpangan itu, kembali dan berlari. tapi tak kutemui akhir jua, aku menggila, hadir namun tak nampak menyiksaku dengan perlahan. bagaimana bisa takdir menghadirkan itu padaku, namun kenyataannya tak bisa ditemui akhir dari perkara aksara buntu. semakin waktu berjalan, ia semakin meluap dijiwa. tetes demi tetes perlahan mengalir, membasahi bumi. Aku yang termakan oleh waktu dan diperbudak oleh aksara buntu /hp∆\

Ketidakwarasan Rindu

Bola mata saat ruang redup Dekap hangat saat hawa panas Genggaman erat saat dunia tak terkendali Bersanding, terbuka saat bintang hingga mentari Akal pikiran yang melayang, yang tercipta hanyalah keresahan. Adakah manusia segila itu? Oh, semesta Manusia yang hanya singgah, Lalu membuat keresahan itu ... menggulung rindu dalam ketidakwarasan ku. /hp∆\

Surut

Kau memang telah membuat terombang-ambing,  walau tidak menyelami hingga dasar laut.  Kau membuat ombak besar di permukaan laut, kau membuat ia enggan menyeret pasir di pesisir laut walau hanya permukaannya saja yang kau lihat, air laut itu menyurut.  Walau hingga tidak sampai dasar laut, air laut itu mengadu pada semesta. Haruskah aku menenggelamkan semuanya? ataukah, Biar aku tunggu waktu yang akan menenggelamkannya? Bersama angin nan ombak laut inikah yang disebut dengan badai laut yang menenggelamkan? oh, neptunus.  -FNA-

Berkeping

Bagai tertelan bumi Bagai tertimpa reruntuhan. Ku pikir ini hanya mimpi Nyatanya, benar. Tak ada lagi bola mata di pagi hari yang bisa ku telusuri Pagi yang menyapa tanpa mentari, Malam yang menghantar tanpa bintang. Hanya ada aku dan lampu kamar, saling memandang dengan telanjang. Aku yang masih berkabut Tergenang bersama hujan Meluap bersama malam Ingin ku teriakan, Aku membenci termometer waktu itu! Membawa pada reruntuhan jiwa, yang tak bisa aku bendung. Runtuh, porak-poranda. Bersama sisa puing-puing ingatan, aku menghujam jiwaku melebur tak terbendung. -FNA-

Setengah Hadirmu

Angin di waktu petang, masuk menembus jendela di tempat aku meluapkan asa. terbayang garis lengkung dibibirmu menambah kekuatan batinku tapi, ternyata, hanya setengah bayangmu yang hadir. Menyapa, kemudian menghilang.  -FNA-
Aku tidak suka ada bola mata lain y ang lebih merasuk pada bola matamu. Karena bola matamu adalah dunia yang hanya boleh diisi oleh aku. -FNA-

Di bulan Agustus

Pada sinar senja yang menembus jendela kaca, Ada rasa yang tumbuh tak terkendali,  bagai terhipnotis aku terjatuh pada ruang hati yang tak pernah aku selami. Pada garis waktu, Dua insan yang tak saling mengenal bercumbu di kala bintang meredup Dengan masa lalu, Luka, Dua insan saling bertemu Entah untuk saling mengobati atau Untuk singgah sementara waktu menghapus pilu, Ini perihal waktu bersama takdir Bumi akan tetap berputar, begitu pula waktu. Dalam keadaan diam sekalipun. Bagaimana hatimu?  Sudahkah baik-baik saja denganku? Tidak, Aku mengerti. Kita terlalu larut dalam perihal luka, melukai,  dilukai. Padahal hakikatnya,  bahagia itu disambut bukan ditepis Lalu, kalau begini bagaimana takdir akan berbicara perihal kita? Serahkan pada waktu dan tuhan saja tidak cukup. Semoga,  kita bisa beriring tidak untuk sementara waktu. Semoga, takdir menuntun ke arah jalan yang tak buntu. Semoga, kita memang sama-sama mengobati tidak lagi sa...

Tanda//tanya

Aku yang terjatuh pada illusi ku sendiri, Aku yang terombak-ambik oleh fatamorgana dan tenggelam pada larutnya malam, Jalan yang ku lalui getarannya sama Aroma nya sama, Aku sedang duduk pada sebuah persimpangan Seluruh saraf tubuhku bergetar didalam malam penuh tanda tanya, Diam penuh keraguan Yakin penuh kegelisahan Bagaimana bisa sebuah tanda tanya berubah menjadi sebuah titik kepastian, Jika, Getaran beraroma itu sama, terbelenggu pada malam tanpa bintang. - FNA-
Pada dasarnya  kita hidup  pada 2 dimensi kehidupan - FNA-
Hatiku bergetar pada sosok yang tak pernah aku jamah Aku merasuk tenggelam pada bola mata yang tak pernah ku lihat Kau nyata, dan bukan illusi -FNA-