Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Ketidakwarasan Rindu

Bola mata saat ruang redup Dekap hangat saat hawa panas Genggaman erat saat dunia tak terkendali Bersanding, terbuka saat bintang hingga mentari Akal pikiran yang melayang, yang tercipta hanyalah keresahan. Adakah manusia segila itu? Oh, semesta Manusia yang hanya singgah, Lalu membuat keresahan itu ... menggulung rindu dalam ketidakwarasan ku. /hp∆\

Surut

Kau memang telah membuat terombang-ambing,  walau tidak menyelami hingga dasar laut.  Kau membuat ombak besar di permukaan laut, kau membuat ia enggan menyeret pasir di pesisir laut walau hanya permukaannya saja yang kau lihat, air laut itu menyurut.  Walau hingga tidak sampai dasar laut, air laut itu mengadu pada semesta. Haruskah aku menenggelamkan semuanya? ataukah, Biar aku tunggu waktu yang akan menenggelamkannya? Bersama angin nan ombak laut inikah yang disebut dengan badai laut yang menenggelamkan? oh, neptunus.  -FNA-

Berkeping

Bagai tertelan bumi Bagai tertimpa reruntuhan. Ku pikir ini hanya mimpi Nyatanya, benar. Tak ada lagi bola mata di pagi hari yang bisa ku telusuri Pagi yang menyapa tanpa mentari, Malam yang menghantar tanpa bintang. Hanya ada aku dan lampu kamar, saling memandang dengan telanjang. Aku yang masih berkabut Tergenang bersama hujan Meluap bersama malam Ingin ku teriakan, Aku membenci termometer waktu itu! Membawa pada reruntuhan jiwa, yang tak bisa aku bendung. Runtuh, porak-poranda. Bersama sisa puing-puing ingatan, aku menghujam jiwaku melebur tak terbendung. -FNA-